Month: May 2020

Tokoh Agama Paling Berpengaruh Di Dunia

Tokoh Agama Paling Berpengaruh Di Dunia – Pendekatan moral yang dilakukan para pemimpin tersebut delegasi dari berbagai negara ini diharapkan akan membantu usaha mengatasi masalah lingkungan seperti pengrusakan hutan dan perburuan satwa liar, misalnya.

Raja Norwegia, Harald V, menghadiri pembukaan pertemuan yang antara lain didasarkan pada kekhawatiran musnahnya hutan tropis di kawasan Amerika Selatan, Afrika, dan Asia dengan seluas negara Austria setiap tahunnya. bet88

Pemuka agama Kristen, Islam, Yahudi, Hindu, Buddha, dan Daoisme berkumpul selama tiga hari dengan pemimpin masyarakat adat untuk membahas tujuan dan aksi dalam melindungi hutan.

Delegasi Indonesia antara lain terdiri dari Dr Din Syamsuddin -Ketua Pusat Dialog dan Kerjasama Antara Peradaban- dan Abdon Nababan -Wakil Ketua Dewan Nasional Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, AMAN. https://www.mustangcontracting.com/

Di bawah ini merupakan tokoh agama yang paling berpengaruh di dunia sejak kedatangannya pertama kali, sehingga membawa pengaruh besar terhadap kepercayaan masyarakat dan seluruh individu dapat mengambil keputusannya dalam memeluk agama apa yang akan diterapkannya.

1. Nabi Muhammad

Yang pertama kita akan membahas mengenai tokoh pemeluk agama islam yaitu Nabi Muhammad

MENGAPA Nabi Muhammad ditempatkan menjadi figur teratas dalam buku 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Sejarah? Ternyata, ajaran Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW lebih dahsyat pengaruhnya dibanding agama Kristen yang disebarkan Yesus Kristus.

Tokoh Agama Paling Berpengaruh Di Dunia

Kalimat provokatif di atas adalah alasan tersirat yang dikemukakan Michael H. Hart, untuk menanggapi berbagai pertanyaan pembaca yang diajukan kepadanya terkait ditempatkannya Muhammad sebagai orang nomor 1 dalam kehidupan manusia. Menurut penulis kelahiran 28 April 1932 ini, meski sekarang umat Islam pemeluknya hanya separuhnya pemeluk Kristen, namun banyak faktor yang membuat Muhammad pantas ditempatkan pada posisi pertama sebagai orang paling berpengaruh sepanjang masa peradaban manusia.

Di samping karena Muhammad lahir di tempat yang bukan termasuk pusat peradaban dunia, sebab saat itu Makkah masih terbelakang dari segi ilmu pengetahuan, perdagangan, dan kesenian. Juga, karena ajaran agama Islam yang disampaikannya kepada umat Muslim saat itu mampu mempersatukan wilayah Irak hingga Maroko ke dalam satu bahasa, sejarah dan budaya Arab. Dan pengaruh itu setelah 14 abad berlalu semakin terlihat dengan menyebarnya agama Islam ke seluruh negara di dunia, tanpa terkecuali.

2. Nabi Isa

Tokoh Agama Paling Berpengaruh Di Dunia

Meski penganut Kristen (Katolik dan Protestan) jumlahnya hampir dua kali lipat daripada pemeluk Islam, namun ajaran Kristen tidak didirikan Yesus Kristus semata. Mengingat dalam perjalanannya waktu, Santo Paulus -penulis sebagian besar kitab Perjanjian Baru—punya andil besar menyebarkan Kekristenan pada abad pertama.

Sehingga demi keadilan, Michael H. Hart mesti membagi peran kedua orang itu dalam daftar orang paling berpengaruh, sebagai orang yang paling berjasa menyebarkan agama Kristen hingga menjadi agama mayoritas yang dianut penduduk di dunia.

3. Siddhartha Gautama

Siddhartha Gautama merupakan figur utama dalam agama Buddha, keterangan akan kehidupannya, khotbah-khotbah, dan peraturan keagamaan yang dipercayai oleh penganut agama Buddha dirangkum setelah kematiannya dan dihafalkan oleh para pengikutnya. Berbagai kumpulan perlengkapan pengajaran akan Siddhartha Gautama diberikan secara lisan, dan bentuk tulisan pertama kali dilakukan sekitar 400 tahun kemudian

Sementara, pengaruh yang ditimbulkan Pangeran Siddharta terbatas di wilayah tertentu, dan ajaran Buddha yang disampaikannya tak dibukukan, sehingga terpecah dalam beberapa sekte dan lebih jauh lagi menjadi beberapa mahzab. Sehingga pengaruhnya tak seberapa besar dan memudar. Berangkat dari itulah mengapa penulis buku paling fenomenal dan kontroversial ini menempatkan Muhammad di atas Yesus dan Buddha.

4. Kong Hu Cu

Kong Hu Cu adalah seorang guru atau orang bijak dari Tiongkok. Filsafahnya mementingkan moralitas pribadi dan pemerintahan, dan menjadi populer karena asasnya yang kuat pada sifat-sifat tradisonal Tionghoa. Oleh para pemeluk agama Kong Hu Cu, ia diakui sebagai nabi.

Pengaruh Kong Hu Cu terhadap peradaban Tiongkok tidak boleh dianggap enteng. Ajarannya telah meluas ke Jepang, Korea dan Vietnam, khususnya melalui Konfusianisme, doktrin yang dikembangkan murid-muridnya dan para komentator.

Buku Analek adalah sebuah karya singkat yang berisi diskusi dan pembicaraannya dengan murid-muridnya. Ia disusun setelah dia meninggal dan berisi inti-inti ajarannya.

5. St. Paul

St. Paul adalah tokoh penting dalam penyebaran dan perumusan ajaran Kristen. Pada masa mudanya, ia hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam Agama Yahudi. Mulanya ia seorang penganiaya orang Kristen (saat itu bernama Saulus), dan sesudah pengalamannya berjumpa Yesus di jalan menuju kota Damaskus ia berubah menjadi seorang pengikut Yesus Kristus.

6. Nabi Musa

Nabi Musa adalah seorang nabi yang menyampaikan Hukum Taurat. Ia diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 SM. Ia ditugaskan untuk membawa Bani Israel keluar dari Mesir.

Namanya disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31 buku di Alkitab Terjemahan Baru dan 136 kali di dalam Al-Quran.

7. Martin Luther

Dia merupakan tokoh terkemuka bagi reformasi gereja. Ajaran-ajarannya tidak hanya mengilhami gerakan Reformasi, namun juga memengaruhi doktrin dan tradisi Protestan. Gerakan pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal juga di lingkungan Gereja Katolik Roma.

Sumbangan-sumbangan Luther terhadap peradaban Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen. Terjemahan Alkitabnya telah ikut mengembangkan versi standar baahasa Jerman dan menambahkan sejumlah prinsip penerjemahan.Nyanyian rohani yang diciptakannya mengilhami perkembangan nyanyian jemaat dalam Gereja Kristen.

8. Pope Urban II

Paus Urban II adalah Paus yang menggerakkan orang Kristen berperang merebut tanah suci dari orang-orang Islam, yang kemudian menjadi Perang Salib. Dia adala h Paus gereja Katolik Roma sejak 1088 – 1099. 

9. Umar Ibn Al-Khattab 

Umar Ibn Al-Khattab adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah khalifah ke dua Islam (634 – 644) yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk.

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi.

Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.

10. St. Augustine

Augustine adalah teolog Kristen terbesar terakhir sebelum abad gelap, dan karya tulisannya membuahkan doktrin gereja dalam semua garis besarnya, dan dalam bentuk kasarnya, sepanjang abad pertengahan. Dia adalah orang yang paling menonjol dari para pendiri gereja Latin, dan buah pikirannya luas tersebar dan terbaca di kalangan pendeta.

Pandangan tentang pengampunan, seks, dosa orisinal. atau dosa bawaan dan banyak lagi masalah-masalah pokok satu sama lain punya hubungan yang berpengaruh. Banyak teolog Katolik di belakang hari seperti St. Aquinas, begitu pula pemuka-pemuka Protestan seperti Luther dan Calvin menghirup air pengaruhnya.

Sejarah Diterimanya Khonghucu Di Indonesia

Sejarah Diterimanya Khonghucu Di Indonesia – Konfusianisme sebagai sistem filsafat sosial dan etika di Tiongkok telah tiba di Indonesia bersamaan dengan migrasi yang terjadi secara bertahap. Perjalanan Konfusianisme ke Indonesia dan transformasinya yang unik menjadi agama Konghucu yang dianut sebagian kecil masyarakat Indonesia menarik untuk dipahami.

Orang Tionghoa telah datang ke nusantara, melakukan kontak sosial dalam perdagangan rempah-rempah dengan Sriwijaya, sejak abad ke-7 atau sebelumnya. Saat itu Sriwijaya merupakan otoritas politik dan komersial di kepulauan Indonesia bagian barat hingga tengah dan mengendalikan semua penyeberangan laut ke pulau-pulau rempah dan Selat Malaka. slot online

Namun bukti historis pemukiman permanen pertama di kota-kota di sepanjang pantai utara Jawa belum muncul sampai abad ke-13. Pada 1292 serbuan 20.000 pasukan ekspedisi Khubilai Khan ke kerajaan Singhasari untuk menghukum Kertanegara menemui kekalahan, dan sisa-sisa pasukan menetap secara permanen di Jawa. americandreamdrivein.com

Sejarah Diterimanya Khonghucu Di Indonesia

Migrasi selanjutnya datang dari Kontak sosial provinsi Fujian dan pemukiman Tionghoa di pantai utara Jawa perlahan terlihat sejak 1411. Pada akhir abad ke-15, semakin banyak bukti pedagang maritim swasta yang beroperasi di Tiongkok Selatan sampai ke Asia Tenggara, termasuk ke kepulauan nusantara.

Orang-orang ini berasal dari Guangdong, Fujian, Guang Xi, dan Jiang Xi dan berbahasa Hakka, Kanton, serta Hokkien. Sebagian dari mereka menikah dengan penduduk asli, mempertahankan budaya mereka yang diwariskan secara turun termurun.

Jumlah imigran Tionghoa bertambah signifikan setelah 1860. Jan Hooyman dalam laporannya yang diterbitkan oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetengschappenat pada akhir abad ke-18 mengatakan bahwa sekitar 1.200-1.300 orang Tionghoa diangkut dalam kapal jung yang datang ke Batavia setiap tahun.

Ketekunan dan semangat orang-orang Tionghoa sangat penting bagi Belanda untuk bekerja di sektor pertanian. Proses migrasi terus terjadi, dan pemertahanan kebudayaan, termasuk Konfusianisme, meskipun menemui banyak kesulitan, pada akhirnya menemukan jalan terang.

Ajaran Konfusius atau Konfusianisme yang kemudian bertransformasi menjadi Konghucu di Indonesia merupakan kepercayaan, agama, dan bagian dari cara hidup tradisi Tiongkok yang diwariskan dari masa lampau.

Konfusianisme di Indonesia dapat ditelusuri kembali sejak abad ke-17, di mana di Pontianak terdapat bangunan tua sebagai tempat pemujaan bagi Konfusius. Bangunan ibadah untuk Konghucu di Indonesia sering disebut “Klenteng” atau “Bio” (kata Hokkien untuk miao atau kuil). Konfusianisme adalah agama monoteistik, yang meyakini keberadaan satu Tuhan.

Istilah Tuhan dalam Konfusianisme disebut Tian. Konfusianisme juga meyakini keberadaan para nabi atau rasul, dan Kongzi adalah yang utama. Kitab suci agama Konghucu yang digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan keagamaan adalah Wu Jing ( “lima kitab klasik Konfusianisme”) , Si Shu ( “empat buku Konfusianisme”), dan Xiaojing ( “kitab klasik kepatuhan terhadap orang tua”).

Sebagai penganut Konghucu, mereka harus bersyukur kepada Tuhan dengan melakukan ibadah atau doa (disebut Tian Hio) baik di rumah atau di kuil di sekitarnya.

Meskipun jumlah orang Indonesia beretnis Tionghoa sebesar 4% dari populasi, namun menurut sensus Kementerian Agama tahun 2016, orang Indonesia yang memeluk Konfusianisme di Indonesia adalah 117.091 orang. Pembentukan agama Konghucu dimulai dari gerakan pada akhir abad ke-19, pembentukan Khong Kauw Tjong Hwee (Persatuan Masyarakat Konghucu) di Bandung, 1923.

Pembentukan Khong Kauw Hwee adalah gelombang kedua dari gerakan Konfusianisme di Jawa. Gelombang pertama diresmikan pada tahun 1901 dengan pembentukan Tiong Hoa Hwe Koan – Batavia (Asosiasi Tionghoa Batavia). Pada tahun 1955, MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia atau Dewan Tertinggi untuk Agama Konghucu di Indonesia) dibentuk.

Masyarakat Tionghoa memelopori munculnya agama Konghucu dengan merumuskan ajaran, praktik, dan tradisi di berbagai wilayah Indonesia. Keberadaan Konghucu di Indonesia pada awalnya masih belum jelas dan membingungkan, karena Konghucu masih dianggap bukan sebagai agama resmi yang diakui di Indonesia tetapi sebagai kepercayaan atau kebiasaan tradisional orang Tionghoa.

Namun, melalui proses yang panjang, Konghucu memperoleh pengakuan resmi dari pemerintah Indonesia. Pengakuan bahwa Konghucusebagai agama dapat dilihat dalam Keputusan Presiden No. 1 tahun 1965 hingga Konstitusi No. 5 tahun 1965, yang menetapkan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu sebagai agama resmi orang Indonesia.

Sejarah Diterimanya Khonghucu Di Indonesia

Selama Orde Baru, semua kegiatan keagamaan Konfusian sangat dibatasi bahkan dilarang oleh pemerintah dengan Instruksi Presiden No 14/1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat Tiongkok. Akibatnya, pengikut agama ini, termasuk kegiatan mereka turun secara dramatis.

Kemudian di setelah reformasi, Konfusianisme mulai mendapatkan pengakuan identitasnya. Fakta ini merupakan upaya pemerintah dalam memenuhi hak asasi manusia dalam memeluk suatu agama.

Pada akhir 2007, Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama yang diterbitkan. Sebenarnya, instrumen hukum ini bukan kebijakan baru. Pada masa pemerintahan Soekarno, pendidikan agama Konghucu telah dilaksanakan. Salah satu dari peraturan pemerintah ini mengamanatkan agama Konghucu untuk mengadakan pendidikan formal.

Setelah diakui sebagai agama resmi di Indonesia, Konghucu mendapatkan tempat di bidang pendidikan. Kompetensi pembelajaran Konfusianisme di sekolah meliputi iman, tulisan suci, urutan ibadah, sejarah, dan perilaku Junzi (perilaku berbudaya).

Meskipun jumlah pemeluknya sangat sedikit, namun ajaran-ajaran Konfusianisme menunjukkan jati diri orang Tionghoa yang berbudaya khas dan memperkaya kebudayaan Indonesia yang Berbineka Tunggal Ika.

Kalimat Bhineka Tunggal Ika yang diambil dari kitab Sutasoma (abad 14) mirip seperti salah satu kutipan dari kitab Lun Yu yang berbunyi [he er bu tong] “yang luhur budi itu rukun meski tidak sama” yang menekankan keharmonisan dalam perbedaan.

Walaupun sudah ada di nusantara selama ratusan tahun, pengakuan resmi dari negara terhadap agama Kong Hu Cu baru datang pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di tahun 2000.

Selain memberikan pengakuan, Gus Dur juga membebaskan masyarakat Kong Hu Cu yang notabene adalah keturunan Cina untuk menjalankan ibadah agamanya secara terbuka dan merayakan hari keagamaan mereka.

Fakta ini, menurut Direktur Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa Gendro Nurhadi menjadi acuan sebagian besar penganut agama dan kepercayaan asli Indonesia. Mereka ingin, negara mengakui agama dan kepercayaan asli Indonesia, seperti halnya pengakuan terhadap Kong Hu Cu.

“Kong Hu Cu aja bisa diakui.. saya yagg asli kata mereka, saya yang asli (kenapa) enggak? Ini memang salah satu motivasi mereka kesana jadinya,” ujar Gendro Nurhadi.

Namun menurut Anick HT, Direktur Indonesian Conference on Religion and Peace, tidak semua penganut agama asli ingin diakui secara resmi. Menurutnya keinginan mereka cukup sederhana, yaitu kebebasan dalam menjalankan ibadahnya.

“Yang penting mereka dilindungi dalam beribadah dan tidak dipaksa-paksa….asal tidak dituduh komunis asal tidak dipaksa menjadi kristen atau Islam dan lain sebagainya,” kata Anick HT,

Kong Hu Cu selalu menjadi contoh sukses sebuah kepercayaan yang awalnya tak diakui negara namun kini duduk sejajar dengan agama-agama besar lain di Indonesia.

Back to top