Spritualitas Masuk ke Dunia Kerja

Spritualitas Masuk ke Dunia Kerja – Spiritualitas bukan merupakan sesuatu hal yang baru dalam pengalaman manusia. Semua tradisi agama besar pada level tertentu mendorong kehidupan kontemplatif, yakni bahwa pencarian makna dan tujuan merupakan hal utama dan hidup dalam harmoni dengan orang lain dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting. 

Dalam kehidupan pribadi, spiritualitas semacam itu wajar berkembang walau harus berhadapan dengan arus nilai-nilai lain yang cenderung memacu perolehan materi. Pada saat berada dalam dunia kerja, seseorang yang menghidupi spiritualitas seringkali terbentur dengan batasan manajemen dan organisasi klasik yang memandang manajemen sebagai alat impersonal untuk memperoleh tujuan akhir, yakni materi dan melakukan fungsi kontrol terhadap karyawan. idn slot online

Konsep birokrasi dari Weber yang berkembang dengan luas penerapannya, jelas menggambarkan hal itu. Ackers & Preston mengutarakan: “Di dalam rezim organisasi semacam ini, manajer dan pekerja lainnya diharapkan menuntaskan pekerjaan yang diberikan tanpa melibatkan dirinya yang esensial, merefleksikan kemenangan seutuhnya dari rasio dan kesadaran ilmiah.”   idn slot online

Dimensi spiritualitas manusia semula kurang bisa diterima dalam dunia kerja. Laabs mengatakan bahwa “Spiritualitas merupakan bagian esensial dari diri kita masing-masing. Namun, tidak ada perusahaan yang secara tradisional mengizinkan karyawannya mengekspresikannya dalam pekerjaan.” www.mrchensjackson.com

Spritualitas Masuk ke Dunia Kerja

Pada masa sekarang, penolakan dunia kerja terhadap dimensi spiritual manusia telah berkurang. Khususnya di negara maju seperti Amerika Serikat, ada gerakan spiritualitas di tempat kerja. Hal ini bisa dipantau dari merebaknya publikasi tertulis (jurnal cetak maupun online, buku) dan konferensi-konferensi dengan tema spiritualitas di tempat kerja. Ashmos dan Ducon juga mengklaim terdapat fenomena terjadinya transformasi besar dalam berbagai organisasi yang menunjukkan gerakan spiritualitas. Organisasi yang sejak lama dikenal sebagai suatu sistem yang rasional, kini telah mempertimbangkan untuk memberikan ruang bagi dimensi spiritual. 

Penulis lain yang bernama McCormick, menyatakan bahwa para manajer di AS menunjukkan peningkatan minat untuk mengintegrasikan spiritualitas dengan manajemen.

Bukan Agama

Istilah dari spiritualitas sering sekali disalahartikan, dilihat sebagai sesuatu yang konteksnya sama dengan agama, keyakinan tertentu, aturan moral, dan tradisi-tradisi. Ron Cacioppe dalam The Leadership dan Organization Development Journal menegaskan bahwa spiritualitas bukanlah sesuatu yang formal, terstruktur, dan terorganisasi. 

Cash, Gray, dan juga Rood memberi penjelasan dengan mengatakan bahwa spiritualitas melihat ke dalam batin menuju kesadaran akan nilai-nilai universal, sedangkan agama formal melihat keluar menggunakan ritus formal dan kitab suci. Senada dengan pernyataan tersebut Cacioppe mengatakan bahwa agama formal memiliki orientasi eksternal, sedangkan spiritualitas mencakup seseorang yang memandang ke dalam batinnya dan karenanya dapat dijangkau semua orang, yang religius maupun tidak.

Mengenai spiritualitas pada tempat kerja, Neal mengartikannya sebagai: Tentang integritas, menegakkan kebenaran dalam diri sendiri, dan memberitahukan kebenaran kepada orang lain. Spiritualitas pada tempat kerja menunjuk pada usaha individu untuk menghidupi nilai-nilainya secara penuh di tempat kerja. Atau menunjuk pada cara organisasi-organisasi dalam mengatur dirinya untuk mendukung pertumbuhan spiritualitas di tempat kerja. 

Menyimak definisi yang ada di atas, terlihat bahwa spiritualitas bisa diterapkan dalam level individu dalam berhubungan dengan orang lain, dan juga dalam level organisasi, yaitu cara organisasi memperlakukan dan berinteraksi dengan karyawan, pelanggan, dan komunitas.

Ashmos dan Duchon dalam Journal of Management Inquiry memberikan definisi dengan lebih sistematis, dan juga sudah mengembangkan alat ukur spiritualitas di tempat kerja berdasarkan definisi konseptual yang dibuatnya. Mereka menegaskan bahwa spiritualitas di tempat kerja bukanlah agama atau penggantinya, dan bukan tentang menemukan orang yang menerima suatu sistem kepercayaan tertentu. 

Spiritualitas pada tempat kerja ialah mengenai pemahaman diri pekerja sebagai makhluk spiritual yang jiwanya (the soul) memerlukan makanan di tempat kerja; mengenai pengalaman akan rasa bertujuan dan bermakna dalam pekerjaannya; dan juga tentang mengalami perasaan saling terhubung dengan orang lain dan dengan komunitasnya di tempat kerja. 

Komponen

Berikut ini disajikan bagaimana penjelasan Ashmos dan Duchon (2000) mengenai tiga komponen spiritualitas di tempat kerja tersebut di atas.

– Kehidupan batin sebagai identitas spiritual

Spiritualitas pada tempat kerja adalah penemuan kesempatan di tempat kerja untuk mengekspresikan berbagai aspek yang dimiliki seseorang, bukan hanya kemampuan menampilkan tugas-tugas fisik dan intelektual. Memahami spiritualitas pada tempat kerja bisa dimulai dengan memahami bahwa setiap orang memiliki kehidupan batin maupun lahir, dan bahwa makanan untuk kehidupan batin dapat mengakibatkan kehidupan lahir yang lebih bermakna dan produktif.

Conger menjelaskan kehidupan batin (inner life) sebagai berikut: Spiritualitas memberikan ekspresi terhadap sesuatu yang ada dalam diri kita; yang dilakukan dengan perasaan, dengan kekuatan yang datang dari dalam, dengan mengetahui kedalaman diri kita dan juga apa yang suci menurut kita, dengan apa yang disebut Matthew Fox sebagai “heart-knowledge.”

– Makna dan tujuan dalam bekerja

Setelah mengenal elemen spiritual di dalam diri pekerja, diperlukan penerimaan bahwa para pekerja perlu terlibat dalam pekerjaan yang memberikan makna terhadap hidupnya.  Neal (dalam Ashmos & Duchon, 2000, hal 136) menuliskan bahwa: Orang-orang mengatakan, “Cukup sudah. Kami ini lebih dari sekadar ongkos untuk organisasi. Kami memiliki spirit. Kami memiliki jiwa. Kami memiliki mimpi. Kami menginginkan suatu kehidupan yang bermakna. Kami ingin menyumbang untuk masyarakat. Kami ingin merasakan hal yang baik mengenai apa yang kami lakukan.”

Pentingnya pekerjaan yang bermakna dinyatakan oleh Fox: Hidup dan penghidupan (mata pencaharian) bukan dua hal yang terpisah, melainkan mengalir dari sumber yang sama, yaitu spirit. Spirit berarti hidup, dan hidup maupun penghidupan adalah menyangkut kehidupan dalam kedalaman, kehidupan dengan makna, tujuan, kedamaian, dan perasaan memiliki kontribusi terhadap komunitas yang lebih luas. Spiritualitas kerja ialah menyangkut bagaimana membawa hidup dan penghidupan  kembali bersama, dan spirit di dalamnya.

Spritualitas Masuk ke Dunia Kerja 1

Gerakan spiritualitas di tempat kerja menyangkut kerja yang lebih bermakna, menyangkut keterkaitan antara jiwa (soul) dengan kerja, dan bagaimana mendapatkan perhatian dari perusahaan karena pengakuan bahwa memberi makan jiwa dapat memberikan hal yang baik bagi bisnis.

– Perasaan terhubung dan komunitas

Spiritualitas di tempat kerja bukan cuma bagaimana mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan kehidupan batin dengan mencari pekerjaan yang bermakna, tetapi juga bagaimana seseorang dapat hidup terkoneksi dengan orang lain. Birokrasi dan juga model manajemen organisasi ilmiah merekomendasikan spesialisasi, yang pada gilirannya menimbulkan perasaan terisolasi dan terasing di antara para pekerja. Namun, kini tempat kerja diakui sebagai suatu jenis komunitas itu sendiri. Mirvis menyatakan bahwa: “Kerja itu sendiri ditemukan sebagai suatu sumber pertumbuhan spiritualitas dan koneksi (hubungan) dengan orang lain.”

Perasaan menjadi bagian dari komunitas adalah suatu elemen esensial bagi perkembangan spiritualitas. Banyak tradisi agama yang menekankan aspek persahabatan (fellowship) dari perkembangan spiritual.

Mengenai hal ini Vail menyatakan, “Persahabatan membantu pimpinan dan anggota-anggotanya menghadapi kesepian, kekecewaan, dan luka akibat organisasi modern serta memastikan bahwa kondisi tersebut tidak berlanjut membusukkan spirit organisasi dan orang-orang di dalamnya.”  

Apa yang telah diuraikan di atas baru mengupas apa itu spiritualitas di tempat kerja dan bagaimana hal itu akhirnya menjadi perhatian organisasi-organisasi di AS.  Tulisan yang berikutnya akan mengupas apa manfaat yang diperoleh organisasi bila memberi kesempatan berkembangnya spiritualitas di tempat kerja secara konseptual maupun dalam praktisnya di organisasi.

Ricardo Steward

Back to top